Jamur yang satu ini biasanya tumbuh di sisa akar pohon yang telah tumbang. Meskipun awalnya sangat populer digunakan dalam kuliner Jepang, jamur yang satu ini kini telah dibudidayakan di berbagai negara Asia Timur lainnya. Jamur ini berukuran kecil dan bergerombol serta memiliki tangkai yang panjang. Warnanya yang putih begitu khas membedakannya dengan varietas lainnya. Meskipun kini enoki juga ada yang berwarna kecokelatan.
Ukurannya yang kecil dan teksturnya yang renyah paling cocok digunakan sebagai bahan utama masakan rebusan. Nabeyaki atau Korean hot pot, hingga rebusan kuah mala juga sering dipadankan dengan jamur ini di antara sekian banyak bahan-bahan lainnya. Selain itu, enokitake juga biasa ditemukan pada masakan sup ataupun tumisan dan juga salad.
4. Jamur Kancing/Champignon
Inilah tipe jamur yang paling sering kita temui. Bentuknya bulat, gemuk, dan memiliki tangkai. Pada masakan, penggunaan jamur kancing cukup fleksibel karena bisa dipakai di berbagai jenis menu seperti nasi goreng jamur ataupun tahu isi jamur. Jamur inilah yang paling banyak dibudidayakan di dunia dan secara komersil tersedia dimana-mana. Lantas apa yang membedakan? Ternyata tingkat kematangannya!
Jamur kancing hanyalah satu sebutan yang mewakili apa yang orang Indonesia biasa sebut sebagai jamur. Ketika belum matang, jamur ini juga dikenal sebagai jamur cokelat, chestnut, ataupun cremini. Kemudian ketika ia beranjak matang, maka namanya akan menjadi jamur portobello. Perubahan ini lebih ditujukan untuk ukuran dan warnanya, dan tidak akan memengaruhi kandungan nutrisinya yang tinggi. Contoh masakan yang bisa dicoba adalah resep nasi goreng jamur dan bakso jamur ayam.